Tante
Telolet Tante
Mungkin semua siswi SMA Altairs berkhayal ingin menjadi seorang
Meggie Ganatratva. Bagaimana tidak?
Memiliki wajah yang super cantik dengan bodi aduhay, memiliki orangtua
yang super kaya raya, memiliki sahabat yang selalu mendukungnya, dan yang gak
kalah penting Meggie adalah Pacar Ferron, cowok yang super HOT.
Tapi, itu dulu. Sekarang? Siapa yang
berharapa mempunyai Ayah yang menjadi tersangka kasus korupsi? Semua murid cowok
yang dulu memujanya kini memandang sebelah mata. Dan murid cewek disekolahnya?
Tentu saja menjadikan Meggie sasaran empuk untuk dihina.
Itu sebenarnya tidak masalah buat
Meggie. Yang membuatnya merasa terpuruk adalah saat Ferron meningalkannya demi
Alma, sahabat baiknya. Meggie merasa sekarang dia benar-benar tak memiliki
siapa-siapa.
Tapi, mau bagaimana lagi? Meggie
tidak punya pilihan selain menerima hal itu dengan lapang dada. Karena tentu
saja dia memikirkan, Sang Mama, dan juga Teddy adik satu-satunya.
“Bukunya bakal kabur kalo
dipelototin terus,” sebuah suara mengagetkan Meggie.
“Bukan urusan lo!”
“Urusan gue dong, kan gue juga mau
baca tuh buku,” Yugo si dedengkot perpustakaan, si cowok sok Cool, langsung
membuat Meggie kesal.
“Lo gak liat itu?” Meggie menunjuk
tulisan yang tergantung. HARAP MENJAGA KETENANGAN.
Meggie tentu saja tidak berniat
membaca buku, atau menjadi duta perpustakaan. Tapi, dengan kondisinya saat ini,
perpustakaan adalah pilihan terbaik, karena tempat lain pasti penuh sesak sama
siswa yang bergunjing tentang dirinya. Dan sudah pasti ada Ferron-Alma. Dua
orang yang paling Meggie benci saat ini.
Dan syukurlah Yugo mengerti maksud
Meggie. Karena cowok itu langsung diam. Fokus dengan buku tebal dihadapanya.
Tanpa sadar, Meggie memperhatikan, Yugo yang tengah asyik membaca didepannya.
Disaat semua orang terlihat
menjauhinya. Yugo cowok yang selama ini dibencinya, justru yang selalu ada.
Meggie ingat, saat pertama kali dia kembali sekolah, semua orang menatapnya
seolah dia menderita penyakit menular, dan itu terbukti dengan teman
sebangkunya yang langsung memilih pindah tempat duduk. Hingga sekarang
posisinya digantikan oleh cowok sok cool didepannya.
“ Mata lo gak kesemutan? Ngeliatin
gue ampe gak kedip gitu?”
Dan bagai terkena sambaran petir,
Meggie langsung terjengit. “ Ge-er banget lo,”
*****
“Meg, lo dipanggil sama Bu Aida
tuh” Yugo menghampiri Meggie yang sedang
sibuk mencorat-coret bukunya dengan malas.
“Ada apa?”
Yang ditanya hanya mengangkat bahu “
Kalau mau kesana ayo bareng, gue sekalian mau nyerahin tugas
anak-anak”lanjutnya.
Meggie menatap tumpukan buku yang
dibawa Yugo, “Mau gue bantuin gak?”
“Gak usaah, bawa buku segini doang
mah gue udah biasa,”
“ Gue juga cuma basa-basi kok tadi”
Yugo baru saja akan membalas ucapan
Meggie saat melihat Alma, sahabat Meggie menghampiri mereka.
“Meg, kita perlu ngomong”
“ Gue gak perlu ngomong sama
penghianat,” desis Meggie tajam.
“Meg, pleasee kasih gue kesempatan
buat jelasin semuanya,”
“Gue gak minat dengerin penjelasan
apapun dari mulut busuk lo,”
“Meg,,,”
Dan tanpa menghiraukan Alma, Meggie
langsung menarik Yugo meninggalkan Alma.
“Gue pikir dia tulus, Meg”
“Dan gue gak butuh komentator,”
Yugo hanya mengangkat bahu.
*****
Meggie tidak menyangka dia akan
mengalami hal seperti ini. Mendapat peringatan tentang biaya sekolah. Tentu
saja, sekolahnya tidak mau tahu kondisi yang menimpa keluarganya. Dan sekarang
Meggie bingung bagaimana menyampaikan hal itu pada Mamanya.
Sesampai dirumah, Meggie semakin dibuat
terkejut. Pemandangan yang dilihatnya begitu turun dari Juno- mobil
kesayangannya- adalah Mama dan Teddy yang berdiri didepan pagar rumahnya dengan
koper-koper disisi mereka.
“Ma,,,” Meggie menghampiri Mamanya.
Dan tanpa bicara sepatah katapun, Mama
dan adiknya langsung memeluk Meggie.
Rumahnya bukan lagi rumahnya.
Kamarnya bukan lagi kamarnya.
“Permisi, Mba” salah seorang petugas
sita memaksa Meggie minggir, dan langsung menempelkan stiker penyitaan di mobil
yang baru saja dipakai Meggie.
“Nooo! Itu kado ultah akuu, Ma,
Maamaaa” Meggie langsung berteriak panik, melihat Juno, yang merupakan kado
dari sang Papa di ulangtahun ke-17 ikut disita.
Melihat Mamanya hanya diam seraya
meneteskan air mata, Meggie langsung lemas.
*****
“Ma, Meggie berhenti sekolah aja
yak?” Meggie menghampiri Mamanya yang sibuk menata barang dikontrakan yang baru
mereka tempati.
“Sayang, Mama tau ini berat,”
Mamanya menarik napas panjang, lalu tersenyum, berusaha meyakinkan Meggie ini
akan baik-baik saja,”Semua pasti berlalu, Meggie bisa kan bertahan? Demi Mama.
Papa. Teddy..”
“Tapi, Ma. Biaya sekolah Meggie
terlalu mahal,”
“Itu biar Mama yang urus yah, Meggie
cuma perlu belajar disekolah”
Dengan berat hati Meggie mengiyakan
sang Mama. Meggie tahu alasan Mamanya lebih memilih bertahan untuk tetap disini
walaupun harus mengalami kehidupan yang sulit, bukannya lari kerumah Tante
Linda di Ohio. Alasannya adalah Mama sangat mencintai Papa. Dan meninggalkan
Papa terpuruk sendiri disini bukanlah pilihan bagus.
“Hei,” sebuah suara mengaggetkannya.
“Ngapain lo? Mo ngejekin gue?”
Meggie langsung sinis begitu melihat Yugo, teman sebangkunya yang kini juga
menjadi tetangganya.
“Dih, Ge-er banget lo”
“Trus mau ngapain lo kesini?”
Tetangganya itu tidak langsung menjawab,
membuat Meggy langsung berdiri berniat meninggalkannya sendiri. “Eeeh, Meg. Gue
mau ngajak lo ke suatu tempat?”
What?
Meggie gak salah denger kan? Apa si cowok sok cool itu sedang mendekatinya? Itu
ajakan kencan? “Males ah, gue”
“Gue pikir lo butuh duit buat bayar
uang sekolah. Tapi,, ya kalo lo males ya udah gapapa” Meggie tak heran Yugo
tahu dilemanya, saat Bu Aida menyinggung masalah biaya sekolahnya, Yugo juga
disitu.
“Bentar deh. Lo serius gue bisa
dapet duit?”
Yugo langsung mengangguk penuh
semangat. “Okee, gue ikut. Awas aja kalo berani boongin gue”
*****
“Lo minta gue jadi apa???” Meggie
langsung terkejut begitu sampai ditempat yang dimaksud Yugo. Terminal dengan
berbagai bus besar yang berjejeran serta manusia yang berlalu alang.
“Sopir bus!”
“Gue? Sopir bus? Lo pasti udah
gila!”
“Hahaha. Lo bilang mau kerja. Yah
gue cuma bisa kasih kerjaan model begini”
“Gak ada yang lain gitu??”
“Ya ampun Meg, emang kenapa sih kalo
jadi sopir bus? Keren lagi. Cewek jadi sopir bus. Langka, kan? Ayoolah,
penghasilannya lumayan kok buat bayar uang sekolah lo sama Teddy”
Dan kalau sudah menyangkut urusan
biaya, Meggie mau tidak mau memang harus bilang iya.
*****
“Meg, hari ini kita dapat lumayan
banyak nih,” Yugo langsung menghampiri Meggie.
“Serius lo?” dan Meggie tanpa sadar
langsung memeluk Yugo “ Eeeh sorry,”
“Ahaha, iya gapapa kok,” yugo
langsung terlihat salting.
“Ecieeee Bang Yugo pacaran sama Tante telolet yah?”
Tiba-tiba seorang pedagang asongan
nyeletuk.
“Tanteee telolet tantee”
Yugo langsung berusaha menghalau
pasukan cangcimen. Membuat Meggie tertawa.
Ya, tidak terasa sudah sebulan lebih
Meggie mempunya side job sebagai
sopir bus. Meski begitu, Meggie bersyukur karena disaat dia terjatuh, dia masih
mempunyai teman seperti Yugo. Cowok yang dulu sangat dibencinya kini menjadi
satu-satunya yang berdiri disisinya.
Tiba-tiba saja ponselnya berbunyi,
begitu melihat nama Mama di layar,Meggie langsung mengangkatnya, “ Hallo, Ma,
kenapa?”
*****
“ Papaaaaa,” Meggie langsung
menghambur kepelukan sang Papa.
“Meggie, makasih yah, udah jagain
Mama sama Teddy, makasih Meggie percaya sama Papa,”
Meggie hanya mengangguk-angguk
bahagia. Betapa tidak? Mendadak Mama menelponnya, dan memintanya kembali
kerumah lama. Dan saat dia tiba disana, dia langsung mendapati Papanya juga ada
disana bersama Mama dan Teddy.
“Jadi, kita bisa tinggal disini
lagi, Pa?”
“Tentu aja Sayang, kita bakal terus
disini. Gak akan kemana-mana lagi. Maafin Papa yah, udah bikin Meggie, Mama
sama Teddy susah” Papa kembali memeluk Meggie.
“Dan, Juno udah kangen tuh sama
majikannya,” mendengar nama Juno Meggie langsung teringat mobil kesayangannya.
*****
Hidup memang bagaikan roda yang
terus berputar. Setelah berita tentang kenyataan bahwa Papanya tidak bersalah,
teman-teman kembali memuja Meggie. Seolah sikap mereka dulu itu tidak pernah
terjadi.
Tapi, Meggie merasa ada yang kurang.
Kini, dia tidak lagi dekat dengan Yugo. Shinta, tanpa rasa malu kembali duduk
disebelahnya.
“Boleh gue duduk disini?” Meggie
langsung sumringah begitu melihat Yugo diperpustakaan.
Yugo menatap Meggie, membuat Meggie
langsung tersenyum. Tapi senyum Meggie langsung pudar saat melihat Yugo
beranjak pergi, meninggalkan dia sendiri.
*****
“Iiiih tuh anak kenapa sih?” Meggie
uring-uringan sendiri dikamarnya, memikirkan tingkah Yugo yang aneh. “Dia mau
jual mahal?? Okee, kalo gitu gue yang maju. Emang dia pikir gue gak berani!”
“Kak, mau kemana?” pertanyaan Teddy
Meggy abaikan begitu saja.
Meggie langsung membawa Juno dengan
kecepatan penuh, menuju terminal bus biasa dia kerja dengan Yugo.
“Waaaah, Tante telolet mobilnya
bagus pisan euy” salah seorang pedagang asongan yang sering ngeledek dia dan
Yugo menghampiri Meggie begitu dia turun dari Juno.
Meggie hanya membalas dengan senyum
sekadarnya, seraya matanya sibuk mencari sosok Yugo. Dengan gelisah Meggie
menunggu ditemani Juno. Tapi yang ditunggu tak juga menampakkan batang
hidungnya, hingga malam menjelang. Dengan penuh rasa kecewa, Meggie memutuskan
pulang.
Tapi, alangkah terkejutnya saat dia
melihat Yugo dirumahnya.
“Yugo?”
“Hai,”
“Mmm hai,”
“Ngapain disini?”
“Kalau gue bilang gue kangen sama
tante telolet, percaya gak?”
Meggie langsung memeluk Yugo,
membuat cowok dihadapannya itu terkejut untuk sesaat sebelum akhirnya balas
memeluk Meggie erat.
EmoticonEmoticon