Deri Potter
Kalian pasti tau Harry Potter? Yups!
Novel karya J.K Rowling yang juga sukses difilmkan itu begitu fenomenal. Harry
Potter adalah seorang penyihir, yang tinggal bersama Keluarga Pamannya yang
selalu membuat dia tersiksa.
Dan siapa bilang Harry Potter hanya
fantasi belaka? Nyatanya di kehidupan ini ada yang mengalaminya. Deri
Anastasia. Cewek berumur awal 20 tahun, yang hidup dengan keluarga Pamannya
sejak dia berumur 2 tahun, saat kedua orangtuanya tewas dalam kecelakaan.
Sebenarnya Paman Deri terbilang
cukup berada. Dengan hanya seorang anak, mudah saja jika menyekolahkan Deri
ditempat yang layak ataupun membelikan Deri baju yang pantas. Tapi kenyataanya
Deri harus puas dengan baju bekas Sepupunya ataupun Tantenya.
“Ibuuuu, hari ini jadi kan Ke Mall?”
Lusi, sepupu Deri satu-satunya merengek manja.
“Ya, kamu bilang sama Ayah,”
“Yah, jadi ke Mall kan?”
Dan tentu saja Paman Deri tidak bisa
bilang tidak pada Putri semata wayangnya itu.
“Anak Ayah mau beli apa sih?”
“Baju Lusi udah jelek, Yah. Tas
juga,”
Dan begitulah. Bagai kerbau dicocok
hidungnya, Paman Deri langsung menuruti kemauan Lusi.
Lalu bagaimana dengan Deri?
“Kamu, mau ikut gak, Der?” Pamannya
bertanya pada Deri.
“Deri dirumah aja, Paman” Deri
menolak sopan.
Tentu saja Deri lebih memilih
tinggal dirumah, bisa menonton TV sepuasnya saat keluarga Pamannya pergi.
Dibanding harus ikut pergi belanja dan berujung harus menjadi babu yang membawa
barang belanjaan yang tak terhingga banyaknya.
“Kamu itu, bagaimana mau gaul, kalau
diajak jalan aja nolak mulu,”Pamannya langsung menggerundel.
Deri cuma tersenyum kecut.
Seandainya pun saat jalan bersama dengan mereka Deri diperlakukan sama seperti
Lusi, Deri pasti dengan senang hati bakal ikut.
“Yaudah nanti Tante nitip cuciin
baju kotor yah, sekalian juga nanti masak buat makan malam, sama jangan lupa
rumah dipel yah Der” selalu seperti itu pesan yang diucapkan Tantenya saat akan
pergi.
Deri hanya mengangguk. Memang dia
bisa apalagi?
*****
Setelah semua ‘pesanan’ Tantenya
kelar. Deri langsung merebahkan diri diatas sofa depan TV. Seraya menonton film
kesukaannya. Yups Harry Potter! Deri selalu berandai-andai jika saja dia
memiliki kekuatan sihir seperti Harry Potter, dia akan menyihir Paman dan
Tantenya supaya baik padanya. Bukan keinginan jahat bukan?
*****
Deri terbangun setelah mendapat
mimpi aneh. Bagaimana tidak, dimimpinya ia didatangi sesosok Kakek seperti
Albus Dombledore, dan mengatakan bahwa ini saatnya untuk kembali.
“Ayaaaaaaah,” suara teriakan Lusi
langsung membuat Deri terlonjak dan langsung sadar 100%.
“Kenapa , De?”
Deri yang penasaran langsung keluar
kamarnya, dan betapa terkejutnya dia saat melihat kamar sepupunya penuh dengan
kecoak.
Pamannya berusaha menghalau
kecoak-kecoak yang entah datang dari mana itu dengan sapu, tapi beberapa kecoak
justru terbang. Membuat Lusi dan sang Tante makin histeris.
“Deri kok diem aja sih, bantuin
Paman kamu tuh,” Tantenya langsung mendorong Deri dengan paksa.
“Paman, biar Deri aja sini yang
ngurus,”
“Mana bisa kamu,” seperti biasa
Pamannya meremehkannya.
Tanpa menggubris perlakuan Pamannya,
Deri fokus mengucapkan sesuatu seraya menatap Kecoak-kecoak biadab. Dan sedetik
kemudian, kecoak-kecoak itu langsung berjatuhan ke lantai dan terkapar lemas.
Pamannya melihat ke arah Deri dengan
pandangan yang sulit diartikan. Deri berusaha sebisa mungkin bersikap biasa.
Dia langsung mengambil alih sapu yang sedari tadi dipegang Pamannya. Menyapu
kecoak yang sudah tewas itu.
Deri menghampiri Tantenya berharap
akan mendapat apresiasi atas usahanya membasmi kecoak.
“Kecoaknya udah ilang, Tan”
“Ini semua gara-gara kamu! Tante
sudah bilang berkali-kali bat bersihin rumah. Gini nih jadinya kalo kamu malas!
Dasar anak gatau diri!” dan tantenya langsung ngeloyor setelah mengucapkan
berbagai makian.
“Ibuuu” Lusi langsung mengekor
Mamanya.
Deri berusaha sekuat tenaga menahan
air mata yang memaksa untuk keluar. Dengan lesu dia berjalan kembali menuju
kamarnya – yang lebih layak disebut gudang- dan melihat Pamannya berdiri
berkacak pinggang didepan pintu.
“Paman, Deri selalu bersihin rumah
setiap hari, Kok, Deri gak boong,” Deri berusaha menjelaskan pada sang Paman,
walau tahu itu akan percuma.
PLAKKK!!
Sebuah tamparan keras hinggap dipipi
Deri, membuat air matanya yang sejak tadi tertahan sukses keluar, “Paman....”
Dan tanpa berkata apa-apa Pamannya
meninggalkannya yang berurai air mata.
Uh oh, apakah kehadiran kecoak
adalah salahnya? Ini salah kecoak, bukan salah Deri. Tapi tentu saja deri tidak
bisa berkata apa-apa selain berusaha menerimanya.
Jika ada yang salah, maka itu
pastilah salah Deri. Dan jika Deri melakukan hal yang benar, tak sekalipun itu
dihargai.
Begitulah kehidupan yang diraskan
Deri. Entah sudah berapa sering Tantenya menyebut dia tidak tahu diri, parasit,
benalu dan sejenisnya.
Dengan kesedihan yang tiada tara
Deri langsung masuk seraya mengunci pintu kamarnya. Menangis sepuasnya tanpa
suara. Jikapun suara tangis Deri terdengar memangnya siapa yang akan peduli?
*****
“Deriiii, banguuun!” suara gedoran
pintu membuat Deri langsung terjaga.
Matanya bengkak bekas menangis
semalam. Dan tidak bisakah Tantenya memberi dia waktu untuk sekedar menenangkan
diri?
Dengan enggan, Deri melangkahkan
kaki menuju pintu, dan membukanya. Tampaklah Tantenya sudah berdiri didepan,
dengan wajah yang jauh dari kata ramah.
“Kebiasan banget sih kamu. Liat udah
jam berapa ini!” Deri melihat jam dinding. Jarum jam menunjukkan pukul 08.00
pagi.
“Maaf, Tan,” Deri langsung meminta
maaf walau sebenernya jarang sekali terjadi dia bangun kesiangan seperti ini.
“ Sarapan belum siap, nanti kalau
Lusi bangun dia kelaparan, kamu mau tanggung jawab?!”
Deri hanya menunduk karena tahu akan
percuma menjawab Tantenya.
“Ada apa sih, Bu, pagi-pagi udah
ribut”
Deri menunduk semakin dalam tak
berani melihat Pamannya.
“Ini, nih Yah. Keponakan kamu emang
males banget. Anak perawan kok bangunnya siang mulu,”
“ Iya, udah, bu yang penting kan
Deri udah bangun,”
“Ayah gimana sih? Pantes aja Deri
kayak gitu, Ayah kurang tegas sih,” Tante deri langsung gak terima sikap
suaminya yang tidak kooperatif.
“Deri pikir Paman, Tante sama Lusi
bakal sarapan di luar, ini kan weekend” Deri berusaha memberikan penjelasan,
yang langsung disesalinya sedetik kemudian.
“Pikir, pikir! Kamu tuh kebanyakan
mikir, hasilnya gak ada!” tuuh kan Tantenya langsung menyerang balik penjelasan
Deri.
“Yasudah kamu bikin sarapan aja
sana” Pamannya langsung melerai Duuh
pokoknya Deri emang selalu salah deh. Bener aja Deri salah apalagi salah? Dan
Deri harus pasrah dan mengalah untuk kesalahan yang bahkan dia gak buat
sekalipun.
*****
Deri kembali mendapat mimpi tentang
sang Kakek tak dikenal. Dan dia curiga bakal ada Kejadian aneh lagi dikeluarga
Pamannya. Deri langsung memasang telinga, bersiap akan teriakan yang sebentar
lagi mungkin bergema. Tapi hingga satu jam Deri menajamkan pendengarannya tidak
ada yang terjadi.
Penasaran, Deri keluar kamarnya. Dan
betapa terkejutnya dia melihat Paman, Tante dan Lusi berdiri bagaikan patung.
“Paman, Pamaaaan” Deri
menggoyang-goyangkan badan Pamannya yang benar-benar kaku.
“Tante, Lusiii” mereka sama sekali
tidak bergeming.
“Deri, ini saatnya kamu kembali,
Nak” Deri langsung mencari-cari sumber suara.
“Ka-kamu siapaa?” Deri berteriak
frustasi karena tak juga menemukan sosok lain selain dirinya dan Paman, Tante
serta Lusi yang menjadi patung.
Dan betapa kagetnya dia mendadak
melihat sesosok Kakek yang selalu muncul di mimpinya.
“Ini sudah saatnya Deri,”
“Saat apa?”
“Kamu harus tau siapa kamu
sebenarnya,”
“A-aku?” Deri menujuk dirinya makin
bingung.
Sang Kakek, tiba-tiba saja
mengarahkan telunjuknya ke tembok. Dan layaknya sihir-sihir yang sering Deri
lihat di TV, tembok itu berubah menjadi sebuah layar, dengan gambar dirinya
versi jadul.
“I-itu, aku?”
“Dia adalah Nenek Buyut Kamu, Deri.
Ratu kami, bangsa penyihir.”
Melihat Deri hanya diam, sang Kakek
kembali melanjutkan, “ Ini saatnya kamu kembali, Deri dan menyelamatkn bangsa
Penyihir,”
“Ta-tapi, aku, bba-gaimana bisa?”
Deri menjawab tergagap.
“ Apa kamu lebih memilih hidup
disini dengan keluarga yang bahakn tidak pernah menganggap kamu keluarganya?”
“Tapi, bagaimana aku bisa
menyelamatkan penyihir?”
“Karena kamu adalah yang terpilih,
Deri,”
Dan berikutnya Deri sudah berada
didunia yang sama sekali dengan dunia yang tadi ditinggalinya.
EmoticonEmoticon