Selasa, 30 Juni 2020

From Single To Couple Part01

Part 01

3

 2

 1

 Happy New Year.....

Suara gaduh gegap gempita menyambut datangnya Tahun baru. Tahun baru adalah harapan baru.

Dan disebuah rumah.

“Selamat ulang tahun Mira”

“Selamat ulang tahun, sayang”

“Happy Birthday and Happy New Year Sistaaa”

Gue yang sedang terduduk bete ditepi jendela menatap petasan Tahun Baru langsung kaget melihat, Mama, Papa, Reva, Rio dan ketiga teman gue bergerombol mengelilingi kue ulang tahun yang dipenuhi dengan lilin menyala.

“Kaliaaaaan” Gue langsung mengincar ketiga teman gue yang lari berpencar tanpa komando.

“Sumpah yah, gue pikir tuh kalian bener-bener sibuk sampe lupa ini hari apa” dan tanpa diundang air mata gue terjun bebas.

“Yelaaah norak lu” ucap Vania seraya memeluk Gue “Happy Birthday,Mak” 

“Makasih,Nek” 

“Eh tiup nih lilinnya,tangan gue kram” Celetukan Reva kontan membuat semua yang ada diruangan sigap, gak lucu kan kalo kue ultahnya jatoh sebelum make a wish?? 

Make a wish. Walupun sudah lima tahun harapan yang sama belum juga terkabul, gue tetap menunggu momen itu, serta keajaibannya. Tuhan jangan biarin gue jomblo lagi, tahun ini. Pertemukan gue dengan Mr. Right, please.... 

Gue meniup semua lilin di kue cantik itu dengan sekali tiup. Dan gue terkejut –walaupun gue sudah sering mengalaminya- saat Reva mencolek kue ultah yang cantik itu dan mengoleskannnya ke wajah gue. Membuat muka gue lanngsungbelepotan kue.

“Revaaaaaaa” Gue langsung protes keras. 

“Seraaaaaang” dan bukannya mendapat sambutan positif, semua orang diruangan langsung menyerang gue dengan senjata berupa kue ulangtahun, telor busuk, tepung, dan semprotan air.

Alhasil, gue tampak seperti ayam yang berlumuran bumbu dan siap goreng. 

*****

Single? Itu adalah kata yang lebih bermartabat daripada jomblo. Tapi tentu saja kedua kata itu memiliki makna yang sama saja. Yeah intinya single itu setali tiga uang dengan jomblo.

Dan please jangan sebut diri kalian single kalau baru menjomblo setahun. Karena dalam kamus gue, single adalah periode dimana seseorang menjomblo dalam kurun waktu diatas 5 tahun sampai tak terhingga. 

Gue, Almirah Ferdinand, ditahun baru 2017 ini tepat berusia 28 tahun. Dengan kulit sawo matang. Mata kombinasi antara belo dan sipit. Rambut ikal, bergelombang, tidak beraturan, mudah rontok, mudah patah. Jidat normal, alias gak jenong. Dagu masuk kedalam. Hidung bulat kecil dan sedikit mancung kedalam, mempunyai tanda lahir alami dilengan kiri. Dan most of important of all, gue single sejak lahir! Itu artinya sejak gue mulai menghirup udara dunia 28 tahun silam gue sama sekali tidak memiliki riwayat percintaan. Mungkin kalau di CV ada kolom pengalaman pacaran, maka gue bakal jadi orang yang mudah disisihkan dalam dunia persaingan kerja, karena pengalaman gue nihil. Tapi untunglah orang-orang masih cukup normal dan waras, untuk menghargai single macam gue.

Apa gue merasa predikat single sejak lahir itu mengganggu? Yah. Jelas. Gue terganggu. Amat sangat terganggu. Jangan tanya seberapa sering gue merasa hina. Wah, tak terhitung deh! 

Saat SD dan temen-temen gue memulai cinta monyetnya – yang alay ala-ala sinetron- gue tetap tenang dan berpikir gue bakal mengalaminya nanti saat SMP. Tapi, saat gue menginjakan kaki di periode putih biru, gue tetap tak mengalami cinta monyet kekanakan ala sinetron AbeGe. Meski begitu gue masih tetap bersabar dan mencoba berpikir positif, bahwa cinta monyet tidaklah seru, mungkin berpacaran saat SMA lebih romantis daripada mengalaminya di SMP. Dan ternyata khayalan gue untuk memiliki percintaan indah dan romantis- layaknya drama korea- di zaman putih abu-abu kandas sudah. Khayalan tersebut tetap menjadi angan-angan semata. Lalu gimana saat kuliah? Ohoho, i‟m still single! Yeah walaupun gue sempet mengalami masa romantis, sayangnya gue disitu bukanlah pemeran utama yang protagonis, melainkan hanya seorang figuran yang antagonis. Perusak Hubungan Orang alias PHO, mungkin semacam itulah yang hampir gue alamin, untunglah gue keburu sadar dan kembali ke jalan yang benar. 

Dan sekarang gue mencoba menikmati ke-single-an ini. Oke, sejujurnya gue hanya mencoba menerima dengan lapang dada mengenai kenyataan bahwa sampai kini gue masih sendiri. 

Tapi, saat ini. Tepat setelah bunyi nyaring terompet membahana. Setelah petasan membumbung ramai mewarnai langit ditengah malam tahun baru. Setelah make a wish. Dan setelah lilin di kue ulang tahun gue mati. Gue, menyatakan perang dengan status single gue. 

Dan berdasarkan riset bertahun-tahun melalui google dan teman-teman gue, gue sudah menyiapkan propaganda 7 Langkah Melepas Single. Yang paling penting, gue akan berusaha super duper keras untuk mewujudkan hal itu sehingga propaganda tidak menjadi sekedar wacana. So, here we go... 

***** 

1st Step : Cantik itu syarat mutlak! 

Kemungkinan terbesar penyebab gue masih single adalah : gue kurang menarik! - Karena usut punya usut makhluk adam itu jatuh cinta pake logika, gak karena nyaman lantas cinta, bagi mereka kecantikan tetap jadi pertimbangan yang utama- So, apa yang harus gue lakukan? Tentu saja operasi plastik! Tapi sayang seribu sayang gue gak punya cukup duit untuk melakukan hal itu – dan kalupun punya, gue yakin 100% orangtua bakal melarang keras – jadi disinilah gue sekarang. 

“Tumben banget sih lu ngajakin lari pagi keliling kompleks gini?” Reva- Kakak gue tercinta dan satu-satunya yang baru saja balik dari masa bulan madunya – terpaksa gue seret dalam sebuah misi gila.

“Va,” 

“Hmmm” 

“Gue mau diet” 

“Hah?” 

“Eh ralat, maksudnya gue harus diet” gue memberikan penekanan pada kata harus. 

“What?!” 

“Di-et! Ha-Rus!” gue menekankan dua kata itu . 

“Sumpah deh, lu ngomong apa sih? Badan kayak lu gini apanya lagi yang mau di „dietin‟? Tulang?” 

Tentu saja Reva gabakal mengerti dilema adik yang tak seberuntung dirinya dalam hal asamara. Sejak kecil, dia selalu menjadi sang primadona yang dikelilingi banyak pria. Dan yang paling penting, sekarang dia sudah nikah. Which mean, she‟s not single anymore. Truthly, she‟s never be a single, she always have a boyfriend, i think. 

“Pokoknya target gue sekarang tuh 42 Kg” 

Reva gak bisa komentar bahwa berat segitu termasuk kurus – yeah kalau kata Papa sih kurang gizi – karena beratnya itu adalah 42 kg, Ha! 

“ Serius deh, menurut gue, eh bukan maksud gue menurut buku-buku atau google juga berat lo tuh udah termasuk ideal tau” 

“ Gue lebih seneng punya tubuh langsing daripada sekedar ‟ideal‟  

“Yeah kalo itu emang kemauan lo” Reva mengangkat bahu menyerah. “ Tapi, kalau gue boleh tau, buat apa lu ngurusin badan? Mau daftar pramugari? Ikut lomba fashion? Mau jadi model?” 

Sudah gue duga, rentetan pertanyaan semacam itu pasti bakal tercipta. Walaupun begitu tetap saja gue malas memberikan jawabannya. 

“Gue mau dapet pacar” ucap gue sendu sendu gimana gitu. 

Dan Reva cuma melongo, tidak menyangka jawaban seperti itu yang bakal keluar dari mulut gue.

***** 

Ini sudah 49 hari sejak tragedi pengakuan, dan sejauh ini, program gue berjalan lancar –yeah walaupun ada beberapa kendala kecil- . Sekarang gue tau bagaimana perasan para K-Pop Idol saat menjalani masa-masa training. Bayangin aja, gue harus bangun super pagi, olahraga sampe rasanya mau mati, cuma makan sebuah apel. Dan FYI itu harus dilakukan tiap hari. Sekali lagi,TIAP HARI! Betapa melelahkannya itu. Tapi, gue yakin hasil gak bakal menghianati usaha. Dengan keyakinan seperti itu, gue juga mendadak rajin treatment, luluran, maskeran, pokoknya head to toe deh. Saat banyak uang gue bakal dengan ikhlas ridho menyambangi salon, saat keuangan sekarat gue bakal DIY dirumah ,mulai dari bikin masker buah, masker oatmeal, masker kopi, masker lemon, masker garam, etc. 

Dan, apakah misi pertama gue ini sukses? Belum! Berat badan gue baru 44 kg - yeah kurang 2 kg menuju target sih-, kulit gue baru naik setingkat lebih cerah – belom seputih salju-, tapi yang paling penting dan utama disini adalah gue masih single! 

***** 

Seperti biasa, pagi ini bangun tidur gue langsung menimbang berat gue. Dan yes! 42 kg! Lalu gue langsung ambil meteran buat ukur tinggi badan. 160 cm! Trus gue langsung cek dan ricek kulit ge pake indikator warna – yang gue dapet dari produk kecantikan- ternyata, kerajinan gue tidak sia-sia, kulit gue sekarang tiga tingkat lebih cerah bo! 

Tapi sayang kebahagian itu gak berlangsung lama. Karena sudah dua bulan sejak perubahan gue yang lumayan – dan tentu saja jadi makin lumayan- gue masih aja menyandang predikat single available. 

Hwaaaa. Ini gak adil! Temen gue yang super gendut - dengan lemak bergelantungan disana-sini- setelah diet dan menjadi kurus langsung dapet pacar. Lah gue?! Sampe sekarang gue cuma bisa punya gebetan yang bahkan ngelirik gue juga kagak! 

2nd Step : Show how smart You are! 

Sebenarnya gue bingung dengan jurus kedua ini. Bukannya gue sombong tapi IQ 137 menurut gue udah lumayan smart. Dan setelah gue mencari wangsit, mbah gugel pun memberikan petunjuknya. 

“Hey” sebuah suara yang gak gue kenal, mampir ditelinga gue. 

Gue menoleh sekedar untuk tahu siapa gerangan pemilik suara asing tersebut. Dan wow! Mahakarya Tuhan sedang berdiri seraya tersenyum didepan gue

“ Lu udah dapet gitar yang lu mau?” Suara cempreng Vania membuat gue terpaksa mengalihkan pandangan dari sang Mahakarya. 

“ini,” gue menunjukkan gitar yang gue tenteng. 

“Yaudah bayar gih sono, gue buru- buru nih” 

Gue rasanya mau menolak, tapi gue gak berdaya. Dengan enggan gue melangkahkan kaki ke arah kasir, setelah sebelumnya menganggukan kepala tanda permisi- sebagai sopan santun - pada sang mahakarya. 

“ Lu kenal cowok tadi?” Vania memecahkan keheningan yang sedari tadi menyelimuti kami dalam perjalanan pulang. 

“Enggak,” 

Kembali hening. 

“Aaaaaah, gue nyeseeel Van” 

“Eeh, nyesel kenapa lu? beli tuh gitar?” 

“gue nyesel ngajakin lo” 

“Yaaah, sorry Ra, sorry, abis gue beneran buru-buru, ini boss gue ngabarinnya juga mendadak” Vania terlihat sangat merasa bersalah.

“Hahaha, canda keleus” 

“Iiih, resek lu!” Vania langsung nyubit gue sampe gue memohon ampun “ eh tapi serius gue minta maaf yah, gak bisa lama-lama tadi”

“Iyeee Nek, iyee” 

“Tapi lu gak nyesel ama gitarnya kan?” 

“Gak kok,” 

“Tapi tampang lu kayak nyesel gimanaaa gitu, lu gak bisa boong sama gue” 

“Iya iyaaa, mana bisa gue boong ama psikolog” 

“So?” 

“Hmmm, gue nyesel tadi gak nanya namanya, aaaarggh” 

Vania mengernyit heran, “ Maksut lu nama cowok yang tadi?” 

“Ya iyalah, masa nama kasir toko” 

“Yaaah, gimana dooong, apa kita balik lagi aja? Kali aja dia masih disana” 

“Eh gila lu. Gak usah ah kan lu juga lagi buru-buru” 

“ Iyah sih, tapi tuh cowok kandidat potensial buat jadi pacar lu” Vania dilema. “Dan lu jadi kandidat potensial buat dipecat sama boss lu?”

Sontak kita berdua menertawakan kebodohan kita. Dan percakapan tentang cowok Mahakarya pun terlupakan sudah.

*****

 



EmoticonEmoticon