Kamis, 25 Juni 2020

PINDAH IBU KOTA: ASA JAKARTA MENJADI ‘New York’ INDONESIA

PINDAH IBU KOTA: ASA JAKARTA MENJADI ‘New York’ INDONESIA

Sumber : https://pixabay.com/photos/smart-city-communication-network-4168483/

A.  Latar Belakang Masalah
Pemindahan Ibu Kota dari Jakarta menimbulkan berbagai pro dan kontra bahkan di kalangan pejabat pemerintah. Beberapa pendapat yang mendukung rencana ini diantaranya adalah dengan alasan beban demografi Jakarta, problem Jakarta yang kompleks mulai dari masalah macet; banjir; air bersih; hingga polusi, Jakarta yang tak lagi mempunyai daya dukung, hingga harapan bahwa Jakarta akan menjadi kota yang lebih layak huni dan bisa bertransformasi seperti London atau bahkan New York City.
Sementara beberapa kalangan yang menyatakan kontra terhadap pemindahan Ibu kota menyertakan alasan pendukung seperti bagaimana nasib pembangunan di pemerintahan selanjutnya, kebutuhan anggaran yang terlalu besar di saat kondisi keuangan Indonesia masih sulit, penggunaan lahan yang terlalu besar membuat Ibu kota baru berpotensi menjadi kota mati dan gagal menjadi kota futuristik,  hunian hotel di Jakarta yang biasa dipakai untuk rapat dan seminar lembaga pemerintah akan anjlok, dan akan turunnya tingkat okupansi gedung-gedung perkantoran di Jakarta yang akan ditinggalkan oleh pemerintah.  
B.  Isi
Tanpa adanya isu pemindahan Ibu kota, Jakarta sudah menghadapi berbagai masalah. Dengan adanya pemidahan Ibu kota masalah baru yang akan dihadapi Jakarta adalah terkait dengan pengelolaan gedung bekas pemerintahan yang akan ditinggalkan. Dan tentu saja gagasan pemerintah yang ingin menjadikan Jakarta menjadi New York City Indonesia. Untuk itu, Jakarta harus bersiap menanggulangi masalah-masalah yang ada. 
a.         Sejarah New York City Vs Jakarta
Jas merah. Begitulah jargon Soekarno, Presiden pertama Republik Indonesia. New York City menjadi kota yang begitu besar dan dikagumi tentu ada sejarahnya. Saat Amerika merdeka pada tahun 1776, New York sempat dinobatkan menjadi Ibu kota dari tahun 1785 sampai tahun 1790, hingga pada 1791 Ibu kota dipindahkan ke Philadelpia.  Sebelum menjadi pusat keuangan dunia seperti sekarang, New York sempat mengalami kemunduran ekonomi pada tahun 1960-an.  Dan kini New York dikenal dunia dengan kemajuannya, beberapa landmark penting seperti patung Liberty dan Times Square Empire State Building, hingga ke multikulturannya.
Dahulu, sebagian besar wilayah Jakarta adalah rawa-rawa yang sebenarnya tidak tepat untuk dijadikan pemukiman. Tapi, berkat pembangunan yang dilakukan arsitek Belanda dengan mengacu pada negeri Belanda yang tiga perempat lahannya sebelumnya berada di bawah permukaan air laut, rawa-rawa tersebut dapat disulap menjadi kota besar.
b.        Tata Ruang Kota Jakarta
New York City, Sydney, dan Singapura melakukan pemisahan zona yang tegas antara zona ruang terbuka hijau, zona komersial, zona residensial, hingga zona industri.
Di New York City, perkantoran berkumpul dari Lower Manhattan hingga Midtown. Sementara residensial, apartemen, dan hotel berkumpul jadi satu dari kawasan Harlem hingga garis selatan Central Park.
Di Singapura tidak jauh berbeda. Zona CBD hanya dari Tanjong Pagar hingga Clarke Quai, dimana setiap gedung terletak berhimpitan sehingga memudahkan mobilitas para karyawannya.
Sementara di Jakarta, sama sekali tidak ada pemisahan antara zona  terbuka hijau, zona komersial, hingga zona residensial. Hal ini membuat mobilitas antar karyawan menjadi sulit.
Ditambah dengan  berkurangnya RTH akibat perkembangan kota yang pesat. Bahkan walaupun alih fungsi lahan pertanian terjadi di luar Jakarta, tetapi perubahan tersebut secara langsung berdampak terhadap kondisi lingkungan hidup di Jakarta khususnya banjir.
c.         Sampah, Pencemaran Sungai, Banjir, dan Tenggelam
40% wilayah Jakarta lebih rendah dari laut, penurunan tanah yang mencapai 25 cm,  sampah mencapai 7.000 ton sehari hingga sungai yang tercemar 35 juta E.coli. Masalah tersebut sebenarnya di awali dengan sampah. Menumpuknya sampah yang menyumbat aliran sungai dan selokan dapat menyebabkan banjir, dan banjir dapat menyebabkan erosi sehingga mempercepat daratan Jakarta untuk tenggelam.
Peningkatan volume sampah di DKI Jakarta setiap tahunnya bertambah seiring dengan peningkatan pertumbuhan jumlah penduduk dan jumlah pertambahan gedung apartemen, pertokoan, mall, perumahan, dan lain-lain.
Jakarta dapat belajar dari beberapa kota yang telah berhasil ‘menjinakan’ sampah mereka. Beberapa cara yang dapat ditempuh Jakarta diantaranya.
(1)     Menjadikan sampah sebagai pembangkit listrik tenaga alternatif, hal ini sudah dilakukan oleh Swedia, Belanda, Jepang dan Korea Selatan dengan konsep waste to energy-nya uap hasil pembakaran sampah dijadikan pembangkit listrik.
Sampah organik dapat dirubah menjadi biogas melalui proses fermentasi yang dibantu oleh bakteri secara anaerob dengan suhu optimal adalah pada 37oC di dalam reaktor biodigester. Proses pembusukan (retention time) berkisar antara 4-14 hari. Biogas tersebut ditampung di dalam tempat penampungan untuk kemudian didistribusikan ke dalam genset biogas sebagai bahan bakar pembangkit listrik. Sisa pengolahan biogas dapat dirubah menjadi pupuk cair dan pupuk kompos yang bernilai ekonomis.
(2)     Pemerintah menyediakan fasilitas dan insentif bagi warga untuk memilah sampah sesuai jenisnya. Di Korea disediakan kantong khusus sampah dengan warna berbeda, di Inggris diberikan tempat sampah ukuran sedang dengan warna berbeda dan disertai informasi sampah apa saja yang harus dimasukkan di tiap tutupnya.
(3)     Informasi mengenai wilayah tinggal, jadi saat buang sampah sembarangan dapat di lacak.
(4)     Menyediakan satu lantai khusus sampah di setiap apartemen.
(5)     Sampah khusus untuk baju atau tekstil.
(6)     Pemerintah mewajibkan perusahaan importir untuk mendaur ulang produk mereka. Perusahaan manufaktur membayar dampak ke lingkungan sesuai jumlah pembuangan.
(7)     Untuk delivery makanan, pemilik restoran di harapkan menggunakan tempat yang bisa dipakai ulang, dan bertanggung jawab mengambil kembali wadah makanan dari pemesannya.
(8)     Menukar beberapa kemasan produk bekas dengan satu produk baru.
(9)     Mengolah sisa-sisa makanan dan dedaunan menjadi pupuk kompos dan biogas.
(10)  Membangun taman bermain dari sampah atau barang bekas.
(11) Menjadikan debu sisa pembakaran yang berupa slag sebagai agregat bahan pembangunan jalan.
(12) Membersihkan cairan dari sampah basa dengan penyulingan sehingga airnya bisa kembali dialirkan ke sungai.
(13) Mengikutsertakan peserta didik dari jenjang play group hingga universitas dalam pengelolaan sampah dengan program eco school, dimana siswa membawa alat keperluan makan sendiri sehingga tidak memakai bungkus sekali pakai dan diadakan kerja bakti secara rutin setiap bulan dan di hari-hari penting.
(14) Mengikutsertakan perusahaan dengan mewajibkan semua karyawannya untuk kerja bakti membersihkan lingkungan sekitar perusahaan setiap beberapa waktu sekali.
(15) Meningkatkan keaktifan warga dengan mengadakan kerja bakti, membangun bank sampah dan rumah kompos di lingkup RT/RW hingga kota madya.
(16) Mengadakan Garbage Clinical Insurance, dimana warga dapat menukar sampah dengan pelayanan kesehatan maupun obat-obatan.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menargetkan pembangunan  4 tempat pengolahan sampah terpadu atau Intermediate Treatment Facility (ITF), di Sunter, Cakung Cilincing, Marunda, dan Duri Kosambi selesai pada tahun 2023. Namun faktanya hingga sekarang pembangunan ITF tidak kunjung terealisasikan disebabkan oleh minimnya ketersediaan lahan untuk ITF, teknologi, amdal, kejelasan investor hingga dicabutnya Perpres No. 18 Tahun 2016.
Dan langkah berikutnya adalah menjinakan ‘banjir’ yang seakan sudah menjadi acara tahunan Jakarta. Sekitar 40% dari luasan DKI Jakarta merupakan dataran rendah, yang ketinggiannya 1 – 1,5 m di bawah muka air laut . Itu artinya sekitar 26.460 ha wilayah DKI. Dan dari wilayah tersebut, baru 11.500 ha yang dilayani dengan Polder, masih ada 14.960 ha yang belum di jangkau.
Terdapat 13 aliran sungai menuju laut yang kondisinya terus mengalami pendangkalan dan penyempitan. Akibatnya fluktuasi debit sungai sangat besar. Beberapa negara maju seperti Belanda dan Singapura berhasil mengamankan daratan mereka dengan cara reklamasi. Namun, di Jakarta proyek reklamasi tersebut menuai banyak kontra. Dengan menghilangkan reklamasi sebagai solusi, berikut adalah beberapa cara yang dapat di tempuh Jakarta dalam menangani banjir.
(1)  Mengubah area yang rawan banjir menjadi taman kota. Banjir dapat terjadi karena kurangnya daerah resapan air. Dengan banyaknya tanaman, daya serap akan meningkat dan mengurangi banjir.
(2)  Menciptakan danau buatan.
(3)  Menambah jumlah tanggul, pompa air banjir, kanal, terowongan dan waduk. Di Bangkok, digunakan ‘pipi monyet’ dengan polder sistem  berupa tanggul, 409 pompa air banjir, 1.682 kanal sepanjang 2.604 km, 7 terowongan sepanjang 19 km, dan 25 lokasi penampung air (waduk).
(4)  Relokasi warga sepanjang bantaran sungai dan pengendalian pemanfaatan ruang yang ketat.
(5)  Lebih giat untuk melakukan sosialisasi pembuatan sumur resapan dan biopori terhadap masyarakat.
d.        Kemacetan
Jakarta dapat mencontek cara beberapa negara yang berhasil berdamai dengan kemacetannya.
(1)     Memindahkan Ibu kota seperti yang dilakukan Malaysia dan Korea.
(2)     Membangun jalur Golden Ring.
(3)     Konsep jalur transportasi  bawah tanah (MRT, LRT, dan lainnya) yang langsung terhubung dengan Mall diatasnya.
(4)     Menerapkan sistem pajak tinggi dan harga jual yang tinggi untuk kendaraan.
(5)     Menerapkan biaya parkir yang tinggi 25.000/jam atau 3.000.000/bulan.
(6)     Jalan berbayar, Electronic Road Pricing, dimana pengendara harus membayar biaya retribusi saat memasuki suatu kawasan.
(7)     Tiap kendaraan wajib memiliki asuransi.
(8)     Menerapkan plat berwarna, merah hanya bisa digunakan saat weekend dengan pajak lebih rendah, dan hitam bisa digunakan setiap hari dengan pajak lebih tinggi.
(9)     Pembatasan emisi tiap kendaraan, dengan memasang sticker uji emisis yang wajib diperbaharui  dua tahun sekali dengan biaya mahal.
(10) Larangan parkir on street
(11) Pembedaan jam masuk kantor dan sekolah
Jakarta sudah melakukan beberapa inisiatif, diantaranya adalah dengan mengadakan rekayasa lalu lintas Area Traffic Control System (ATCS), namun belum optimal karena banyaknya hambatan pada ruas jalan dan persimpangan. Selain ATCS Jakarta juga menerapkan aturan 3 in 1, yang mewajibkan mobil berpenumpang 3 orang saat melewati Sudirman-Thamrin pada pagi dan sore hari. Aturan ini pun hanya bisa mengurangi lalu lintas di kawasan Sudirman-. Thamrin. Cara lain dengan memperbanyak transportasi umum  berkondisi layak, seperti transjakarta, KRL, MRT, dan LRT bus sekolah hingga bus instansi dan  upaya membangun jalur-jalur sepeda, serta mengadakan car free day.
e.         Okupansi gedung-gedung bekas pemerintahan
Karena Pemprov DKI tidak memiliki wewenang atas kepemilikian gedung, langkah yang bisa dilakukan adalah kerjasama antara pihak swasta dengan pemerintah pusat untuk menjadikan gedung-gedung bekas tersebut sebagai tempat usaha atau bisnis dengan mempertimbangkan harga yang terjangkau, agar pihak swasta mampu membelinya tanpa harus memikirkan biaya perbaikan gedung.
Cara lain adalah menyulap gedung-gedung bekas tersebut menjadi, museum, perpustakaan hingga hotel bintang lima. Dimana Jakarta bisa menampung wisatawan pengunjung Kepulauan Seribu atau sekedar wisata belanja. 
f.         Jakarta Smart City
Komponen dalam smart city diantaranya:
(1)     Smart lighting : memantau, mematikan dan menyalakan lampu penerangan dari jarak jauh.
(2)     Smart parking : memesan tempat parkir di suatu tempat dapat menanggulangi masalah parkir liar, dan tilang online.
(3)     Waste management : memantau penampungan sampah dari jarak jauh.
(4)     Connected manhole : memantau,temperatur gorong-gorong.
(5)     Smart electricity : mengetahui data pemakaian listrik konsumen.
Jakarta adalah salah satu kota yang sudah menerapkan konsep smart city. Jika konsep ini dievaluasi kembali dan dijalankan dengan benar, maka impian pemerintah untuk menjadikan Jakarta sebagai ‘New York’ Indonesia akan terjadi.
C.  Penutup
Saat ini Jakarta di harapkan menjadi ‘New York’ Indonesia, saat melepas status Ibu kota. Untuk mewujudkan hal tersebut, Jakarta harus berbenah dengan segala jenis masalahnya yang meliputi sampah, banjir, dan kemacetan. Ditambah masalah baru hasil peninggalan dari ‘Ibu kota’ berupa pemanfaatan gedung pemerintahan.
Jakarta gagal mengelola kotanya, karena tidak melibatkan partisipasi aktif warga. Sehingga warga tidak punya rasa memiliki atau sense of belonging, sehingga pemprov hanya berjalan sendiri.
Dengan rasa memiliki yang biasa dikenal dengan sense of belonging seorang akan bertindak peduli, terikat,  dan memiliki empati. Untuk itu, langkah utama dan paling utama adalah dengan meningkatkan sense of belonging dari warga Jakarta sendiri. Hal ini bisa dilakukan dengan sosialisasi (pengajian, peringatan kemerdekaan, arisan, film dan lainnya), pelibatan warga secara aktif, pemberian insentif, hingga sanksi. 









DAFTAR PUSTAKA

Mungkasa, Oswar Muadzin.Jakarta: Masalah dan Solusi. Jakarta: Bappenas.
Mulyadin, R. Mohammad, Mohamad Iqbal dan Kuncoro Ariawan. (2018). Konflik pengelolaan Sampah Di DKI Jakarta Dan Upaya Mengatasinya. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 15 No.2, 179-191.
Rahardjo, Adisasmita dan  Sakti Adji Adisasmita. (2011). Logika Pemindahan Ibu Kota Jakarta. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sanjaya, Pierre. (2019). Jakarta 2045: Smart City for Millenials. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Suciatiningrum, Dini. (2019, 16 Oktober). 5 Masalah Jakarta Pemicu Pindahnya Ibu kota. https://www.idntimes.com/news/indonesia/dini-suciatiningrum/5-masalah-jakarta-pemicu-pindahnya-ibu-kota/full, pada tanggal 16 Oktober 2019 pukul 5:34 pm.
Wijaya, John Simon. (2019, 21 Oktober). Menyusun Kembali Tata Ruang Jakarta.https://www.kompasiana.com/johnsimonwijaya/552a1484f17e617d56d623c7/menyusun-kembali-tata-ruang-jakarta, pada tanggal 21 Oktober 2019 pukul 1:31 pm.
Zulkodri. (2019, 16 Oktober). Jusuf Kalla Ungkap Alasan Ibukota Negara Mau Dipindahkan, Mau Jadikan Jakarta Seperti New York. https://bangka.tribunnews.com/2019/05/02/jusuf-kalla-ungkap-alasan-ibukota-negara-mau-dipindahkan-mau-jadikan-jakarta-seperti-new-york?page=2, pada tanggal 16 Oktober 2019 pukul 4:20 pm.


EmoticonEmoticon