Selasa, 21 Juli 2020

Accidentally In Love Part03


Sumber : https://mangatoon.mobi/id/detail/85060

Merasa suntuk dan penat hanya membaca diktat kuliah disaat libur, Vira memutuskan untuk nongkrong diteras depan kosan. Yeah kali aja udara segar, bisa membuat pikirannya juga kembali segar.
Dia menegur beberapa penghuni kosan yang berpapasan dengannya. Dan - dengan berbekal segelas teh hangat dan beberapa cemilan- Vira langsung menjatuhkan diri di kursi goyang.
Sedang asyik-asyiknya menikmati waktu santai, tiba-tiba saja dia dikejutkan oleh sebuah suara motor yang berhenti persis didepan pagar.
Vira membuka matanya, dan melihat sosok cowok yang agak familiar di ingatannya.
“Cari siapa ya?” demi sopan santun, Vira menghampiri si cowok.

“Nyari kamu” kata si cowok seraya tersenyum, membuat dahi Vira berkerut. “Lu kenal sama gue?”
“Iya, Asti kan?”

Dan ingatan Vira tentang kejadian beberapa bulan lalu di Universitas Wiyata Mandala terlintas. “ Ya ampuun kok lu batu sih, kan udah gue bilang lu salah orang”
“Aku manusia kok, bukan batu” Canda si cowok seraya nyengir. Vira hanya merengut kesal.
“Aku gak disuruh masuk nih?” “Ini kosan khusus cewek tau”
Cowok didepannya manggut-manggut,” So, kamu bisa keluar?” “Ngapain?”
“Karena itu namanya tata krama, Non” aduh sindiran telak! Vira pun terpaksa membua pintu pagar dan keluar.
“Ayok naik,” Cowok batu itu menunjuk kearah motor dengan dagunya. “Ngapain?” Sepertinya kata itu menjadi kata favorit Vira belakangan ini. “Sekali lagi, itu namanya tata krama”
Dan entah magnet apa yang ada sama cowok batu itu, sampai membuat Vira menurut tanpa perlawanan sedikitpun.
“Gue mau dibawa kemana nih?”
“Hahaha, kenapa kamu baru nanya sekarang?”
Iiiih Vira langsung keki “ Ntar lu bilang gue gak punya tata krama, lagi” “Wah, asli kamu tuh target penculikan paling gampang tau gak. Hati-hati loh,

gak semua cowok baik kayak aku,”

Vira langsung mencubit pinggang Cowok batu tanpa ampun.

“Eeeh, aku lagi nyetir nih, bahaya kalo kita jatoh, ntar kamu lecet-lecet” Sadar akan perbuatannya, Vira langsung berhenti.
“Okee, udah nyampe, Yuk turun” “Eh ini kan kampus lu?”
“Emang,”

“Trus ngapain?”


“ Kamu orangnya gak kreatif yah? Dari tadi pertanyaan kamu „ngapain ngapain‟ mulu hahaha”
“ Ya trus gue harus nanya apa, hah?” Vira berkacak pinggang, berusaha melotot, walaupun tau itu akan sia sia belaka dengan mata sipitnya.
“Ya nanya nama lengkap aku misalnya” “Penting yah?”
“Penting banget dong,”

“Tapi, gue gak mau tahu jadi gimana dong?” tantang Vira.

“ Nama lengkap aku tuh Fandi Adrian Syahputra. Jangan sampe lupa yah?” Cowok batu mengacak rambut Vira penuh sayang.
“ Iih sapa yang nanya,” Vira berusaha menepis tangan cowok batu yang mengaku bernama Fandi itu.
“Waaah, cewek baru Fan?” beberapa cowok langsung bertanya penasaran. “Yo‟i, bro,”
Vira melirik Fandi kesal karena dia mengaku sebagai pacarnya tanpa seijinnya.
“Eeeeh, itu boong kok boong,” Vira langsung menjelaskan. “ Hahaha, cewek lu imut juga Fan,”
“Iya doong,” jawab Fandi dengan bangga.

“Wah, korban baru “ celetuk seorang cowok berambut gondrong yang terlihat asyik menghirup rokok dipojokan.
“Kenapa? Lu mau juga?”

Vira mencium sesuatu yang salah disini. Dan instingnya menyuruhnya untuk segera kabur dari sarang buaya ini. Perlahan Vira mengambil langkah mundur.
“Eeeh, Fan cewek lu ketakutan tuh, “

„sial, gue ketahuan‟ Vira merutuk dalam hati.

“ Gak perlu takut, Sayang, kan ada aku disini,” Kata Fandi seraya memeluk

Vira.
„Hoek‟ dan dengan nekat Vira melancarkan serangan. Dukk!
“Aduuh,” Fandi langsung memegang perutnya yang kena sodok oleh siku

Vira.


Sementara Vira -yang melihat adanya kesempatan untuk kabur- langsung lari tunggang langgang.
Setelah dirasanya sudah cukup aman, Vira mengehentikan langkah.

Berusaha mengatur napas.

“Kamu larinya cepet juga yah, “ Damn! Fandi berhasil mengejarnya tanpa kesulitan sedikitpun.
“Gue mau balik!” Vira berusaha bicara disela-sela napasnya yang masih terdengar ngos-ngosan.
“Oke, tapi kita pamit dulu ama temen-temen. Lagian aku juga belum ngenalin kamu ke mereka”
“Iiih ngapain,mereka temen lu bukan temen gue,”

“ Ya makanya kenalan doong,” Fandi menjelaskan dengan sabar.

“Bukan itu maksud gue” Vira menyerah dengan sikap Fandi, “Gue gak punya kepentingan buat kenal elu ataupun temen-temen lu”
“Loh, kenapa enggak? Kan kita pacaran?” “Yeee enak aja! Sejak kapan kita pacaran!”
“Ya ampuun kamu ini amnesia atau pura-pura lupa sih?” Fandi kembali mengacak rambut Vira gemas. “Kita kan jadian minggu kemaren”
Vira langsung melongo, kehabisan kata.

*****

Letak kostan Putri milik Haji Namin ini memang strategis. Dekat dengan kampus, gelanggang olahraga serta pusat perbelanjaan. Dan tentu saja itu memudahkan mobilitas para penghuni kosan. Tapi, tentu saja selain hal tersebut yang membuat Vira memilih kos disini adalah karena tarifnya yang murah. Bagi mahasiswi dengan kondisi ekonomi keluarga yang morat-marit seperti Vira, tentu saja masalah biaya menjadi pertimbangan utama.
“Vir, lu mau bayar kos gak?” tanya Bintang salah satu penghuni kost Putri. “Yup. Kenapa emang Bin?”
“ Gue nitip yah, gapapa kan?”

“Okee, asal ada uang transportnya aja,” Canda Vira.

*****

Biasanya Vira tak pernah membayar sendiri uang kost kerumah Haji Namin, sang pemilik. Tentu saja karena biasanya pembayaran kost akan dikoordinir oleh Tari – yang mendeklarasikan diri sebagai ketua Kost Putri – jadi Vira maupun yang lain tak perlu repot menyambangi rumah Haji Namin. Dan berhubung Tari masih Field Trip – bareng Asti tentunya – maka tugas pembayaran kost dilimpahkan ke Vira.
Saat sedang berjalan menuju rumah Haji Namin, Vira merasa seseorang mengikutinya dari belakang. Vira yang pada dasarnya memang suka parno, langsung mempercepat langkah.
“Sendirian aja,Neng, mau Abang temenin?”

“Hoeek, jijik gue dengernya” walaupun terlihat kesal Vira merasa lega karena ternyata yang mengikutinya adalah Fandi.
“Hahaha,” bukannya marah Fandi malah tertawa keras. “Pacarku mau kemana sih?”
“Siapa pacar lu? Siapaa?”

“Ya kamu dooong, emang siapa lagi?” “ Gue gak merasa tuh,”
“ Yaidah ayok sini rasain,” Fandi mendekatkan wajahnya ke wajah Vira, membuat Vira langsung mencondongkan tubuh ke belakang.
“Mau lu itu apa sih?”

“Katanya, kamu mau ngerasain?” Fandi mengedipkan mata, menggoda Vira yang terlihat ketakutan.
“Eh berhenti gak lu, gue teriak nih” ancam Vira penuh tekad.

“Hahaha” Fandi langsung menarik badannya seraya tertawa,” Kamu lucu banget sumpah,”
Fandi berniat menngacak rambut Vira, tapi tangan kecil Vira langsung mencekal tangannya yang kekar.
 
“Don’t touch me” Vira melotot, berusaha terlihat sangar. “ gue tanya sekali lagi, mau lu tuh apa sih?!”
“Aku cuma mau kamu, kok, hahaha”

Vira langsung bergidik. Sepertinya cowok disampingnya itu sedang OD, soalnya dia terrtawa padahal tidak ada yang lucu sama sekali.
“Aku ngomong jujur loh, itu dari lubuk hati yang paling dalam,” “Sedalam palung laut disamudera hindia yah?” Vira menyindir. “Yah, gitu deh,” Fandi langsung tersenyum (sok) imut.
“Kayak lu tau kedalamannya aja,”

“ Kamu pengidap kepribadian ganda yah?”

“Eeeeh, jangan sembarangan lu kalo ngomong” Vira langsung tak terima.

“ Abis kamu di dunia maya sama di dunia nyata bedanya jauh banget, bagai bumi dan langit, “ Fandi garuk-garuk kepala. Entah karena dia memang gatal atau karena bingung beneran.
“Maksud lu apa deh?”

“Tiap malam kita chatting di Friendster, kamu gak ada jutek-juteknya, becanda mulu malah”
Chatting?? Friendster?? Fandi?

Vira langsung menepuk jidat, menyadari ketulalitannya selama ini.

Bagaimana mungkin dia tidak sadar? Fandi yang diceritakan Asti, Fandi yang
 
menjadi target penyelidikan gadungan mereka beberapa bulan lalu adalah Fandi yang sama dengan Fandi yang sekarang berdiri didepannya.
Tapi, tunggu ada yang salah disini.

“Lu tau nama gue siapa?‟ Vira langsung berdo‟a semoga dugaanya salah. “Asti”
“Asti siapa?”

“Kamu amnesia atau gimana?” Fandi merasa heran karena bisa-bisanya Vira bertanya tentang namanya sendiri.
“Asti Prameswari” Gubrak!!
Ternyata dugaan Vira benar. Asti Prameswari itu nama lengkap Asti teman sekamarnya. Masih belom merasa puas, Vira langsung melakukan interogasi mendadak pada Fandi.
“Kenapa lu pikir gue itu Asti?”

“Loh? Ya kamu yang bilang sendiri kok,”

Niat utamanya mau membayar kost, langsung terlupakan begitu saja. Bagi Vira bayar kost bisa dia lakukan besok. Sementara hal ini lebih urgent,dan tak bisa di tunda-tunda lagi.
“Oke, sekarang lu ikut, gue”

Fandi langsung menurut, merasa senang akan sikap lunak Vira. Tanpa berpikir ada yang tidak beres diantara mereka.
 
Setelah menyuruh Fandi duduk, Vira langsung melanjutkan sesi interogasinya yang sempat tertunda.
“ Lu bilang gue Asti Prameswari,” Vira mondar-mandir memikirkan kata selanjutnya yang harus dia ucapkan, “Lu punya foto gue?”
“Ya punyalah” dan tanpa diminta, Fandi langsung mengeluarkan ponsel. “ Ini fotonya aku crop, abis semua foto kamu selalu ama dua temen kamu, hehehe”
Vira langsung merebut ponsel Fandi, tidak peduli dengan tatapan super heran yang dilayangkan Fandi. Dan terverifikasi sudah semua hipotesisnya tadi.
Asti mengaku pada Fandi bahwa dia adalah Vira.
“Eh, aku ada ide brillian,” ucapan Fandi membuat Vira langsung tergeragap. Dan tanpa babibu lagi, Fandi langsung merapatkan badan ke Vira, memeluk

Vira erat.

“1, 2, 3..” dan bertepatan dengan selesainya hitungan Fandi, nyala flash

langsung menerpa wajah Vira.

“Hahaha, tampang kamu kocak banget deh, nih lihat” Fandi menyodorkan ponselnya ke Vira.
“Iiih, apus gak!” Vira langsung gak terima begitu melihat tampangnya yang terlihat dongo.
“Gak mauuu, Weeek” Fandi menjulurkan lidah mengejek Vira.
Vira berusaha meraih ponsel Fandi. Dan dengan badannya yang super mungil, tentu saja dia tidak bisa menggapai ponsel dari tangan Fandi, yang dengan sengaja menaikkan tangannya keatas.
“Kalian lagi ngapain?”

Vira langsung membatu, begitu mendengar suara yang akrab itu. Suara Asti. Dengan perasaan bersalah -yang tanpa diundang menelusup masuk kedalam hati – Vira menoleh perlahan ke arah datangnya suara.
“Eh, kok udah balik, Ti?”

“Kayaknya lu gak suka yah gue balik cepet?” Asti menjawab dingin, disertai tatapan tajamnya.
Vira langsung merasa dimasukan kedalam freezer. Dingin luar biasa.

“Hai, temennya Asti yah?” dan Fandi yang masih belum memahami duduk perkaranya langsung menyodorkan tangan kearah Asti.
“Tentu aja gue temennya, Asti” Asti menyambut jabatan tangan Fandi, tanpa mengalihkan pandangan dari Vira yang masih diam tak berkutik. “kalian lanjutun aja, sorry yah gue ganggu”
“Hmmm, Fandi sebenernya yang chatt sama lu selama ini tuh, Asti” “Ya iyalah, emang kamu kan?”
“Gue bukan Asti...” “Maksudnya”
“Yang barusan itu, Asti”
 
“ Kamu lagi becanda, kan?”

“Gaaak, gue serius! Dia Asti. Cewek yang selama ini chatting sama lu di

Friendster tiap malam” “Trus, kamu?” “Gue Vira,”
“Kalian berdua sengaja rencanain ini? Tujuan kalian apa? Kamu atau dia punya dendam sama aku?” Fandi langsung merentetkan pertanyaan frustasi.
“Enggak. Enggak, bukan gitu” “Trus?” Fandi menuntut jawaban.
“Lu mending nanya sama Asti,” dan Vira sudah membalikan badan tidak tahan melihat Fandi.
Tapi Fandi langsung menahan tangan Vira.

“ Aku gak peduli lagi sama siapa aku chat. Asti kek, Siti kek, yang jelas sekarang aku cuma mau kamu” Fandi terlihat bersungguh-sungguh saat mengatakannya, membuat Vira serbasalah.
“ Tapi, Fan cewek yang lu suka dan chatting sama lu tiap malem itu Asti, bukan gue”
“Cewek yang udah boongin Aku?” Fandi menjambak rambutnya frustasi. “Satu hal yang aku syukurin dari kejadian ini, aku bisa ketemu sama kamu, Vir. Dan aku tahu dengan sangat jelas siapa yang aku mau!”
 
Vira makin merasa bersalah. Dia merasa bersalah pada Asti, karena secara tidak langsung dia seperti merebut Fandi dari Asti. Merasa bersalah pada Fandi, karena tidak cepat tanggap akan situasi yang terjadi. Dan merasa bersalah pada dirinya yang mulai menyukai Fandi.
“Gue gak peduli siapa yang lu mau, Fan, itu bukan urusan gue” Vira berbohong.
Setelah mengatakan kalimat penuh dusta itu, Vira langsung masuk kedalam kost, meninggalkan Fandi sendirian.
*****


EmoticonEmoticon