Selasa, 21 Juli 2020

Accidentally In Love Part04


Sumber : https://mangatoon.mobi/id/detail/85060


“Ti,”

Sudah seminggu lebih Asti tidak bicara pada Vira. Vira sekan makhluk tak kasat mata bagi Asti. Apapun yang Vira katakan, Asti sama sekali tidak merespon. Bahkan Asti menolak kontak mata dengan Vira. Tentu saja hal itu membuat Vira merasa sesak.
“Vir, cowok kemaren datang lagi tuh,” Tari - yang masih belum sadar akan apa yang terjadi – nongol dibalik pintu kamar kost.
“Bilang aja gue gak ada”
“Emang dia siapa lu sih, Vir? Kok kayaknya getol banget dateng kesini,” “Bukan siapa-siapa kok,” ucap Vira seraya ekor matanya melirik kearah Asti
ingin melihat reaksi teman sekamarnya.

“ Pacar lu ya? Kalian lagi berantem?” Tari makin kepo.
“Yeee dibilang bikan siapa-siapa gak percaya”

“ Waaaah beneeer kan. Kok lu jahat sih punya pacar gak bilang-bilang. Kapan jadiannya, Vir” aduuuh terkadang Tari memang suka gak peka.
Asti langsung berdiri dan keluar kamar, melewati Tari begitu saja. “Eeeh, kenapa sih si Asti?”
“Gara-gara lu tuh,” “Lah, kok gue?”
Vira yang sudah merasa frustasi memendam semuanya sendiri, akhirnya berinisiatif membeberkan kejadian yang sedang terjadi.
“Ya ampuuun! Kenapa lu gak cerita dari kemaren-kemaren sih???!” Tari langsung menyalahkan Vira.
“Gue pikir Asti gak bakal lama marahnya, gue juga gatau kalau masalahnya seserius itu”
“Gawat! Sekarang Asti pasti sebel banget sama gue” Tari langsung pasang tampang memelas.
“Apa urusannya dia sebel sama lu?”

“Tadi gue bilang Fandi itu pacar lu...” Tari meringis.

“Ya syukur deh, seenggaknya gue gak di jutekin sendirian,” Tari seakan bisa melihat tanduk yang tumbuh di kepala Vira.
Tari baru saja akan membalas ucapan Vira saat melihat Asti berjalan menuju arah mereka.
“Hei, Ti,” sapa tari canggung.

“Mulai sekarang, gue bakal sekamar sama Andien”

“ Loh trus gue gimana?” Tari yang notabene adalah teman sekamar Andien langsung bertanya bingung.
“ Sama tukang ngerebut gebetan temen,” sindir Asti tajam.

“Ti, ko lu ngomong gitu sih? Itu kan bukan sepenuhnya salah gue! Lu juga salah disini!” Vira yang selama ini memutuskan untuk mengalah sudah tidak tahan lagi.
“Oooh, jadi sekarang lu juga mau nyalahin gue?! Belom cukup ngerebut Fandi. Lu sekarang berani nyalahin gue?!” Asti berkata tak kalah kerasnya.
Beberapa penghuni kost langsung keluar kamar penasaran apa yang sedang terjadi.
“Stop! Stop! Stoooooop!” Tari berusaha melerai. “ Ti, kalo lu mau sekamar ama Andien gue gak papa kok, Tapi udah dong kalian jangan berantem cuma gara- gara hal kecil macam gitu, gue sebagai Ketua kost berkewajiban menjaga kedamaian di kost...”
Vira langsung berbalik masuk kekamar kostnya dan membanting pintu dengan keras sampai menimbulkan suara berdebam. Dan Asti langsung beranjak menuju kamar barunya.
“Heeeey, gue belom kelar ngomooong”

*****

“Vir,” “Hmmm”
“Serius nih lau mau diem-dieman terus ama Asti?” “ Dia yang mulai,”
“Ini bukan masalah siapa yang mulai duluan, Vir. Kalau gak ada yang ngalah ya masalahnya gabakal kelar”
“Tar, asal lu tau ya, gue udah coba ngalah selama ini. Tapi lu liat kan tadi dia gimana???” Nada Vira langsung naik beberapa oktaf.
“Iya juga sih,,” Tari melunak, takut Vira akan meledak dan berujung mengusir dirinya.
“Udah deh kita ngomongin yang lain aja”

“Oke, oke,” Tari langsung berusaha memahami situasi dan memilih untuk

diam.

“Eh tapi gue boleh nanya satu hal?” “ Apa?”
“Lu punya rasa gak sama si Fandi?” Tari membuat Vira langsung menghentikan kesibukannya membaca diktat “harus jawab jujur loh, ya” tambahnya.
“Entah, Tar. Jujur, gue juga bingung,” “Bingung gimana?”
“Kadang gue ngerasa nyaman aja gitu ama Fandi, yeah walaupun lebih sering sebelnya. Tapi gue juga merasa bersalah banget ama dia”
“Vir, itu bukan salah lu oke?”

“Tapi tetep aja gue punya andil, Tar. Coba gue gak lemot, gue pasti langsung

„ngeh pas ada cowok yang namanya Fandi manggil gue Asti,”

Dan tanpa menunggu persetujuan Vira, Tari langsung memeluknya. “Tapi, gue liat dia beneran suka deh sama lu”
“Gue,, “ Vira menarik napas panjang, “jujur gue kangen sama dia, Tar”

Tari makin mempererat pelukannya, berusaha menguatkan Vira. Dia mengerti dilema yang dirasakan Vira. Satu sisi Vira ingin mementingkan kebahagiannya dan memilih Fandi, satu sisi Vira merasa bersalah pada mantan teman sekamarnya.
Tari tidak sadar bahwa Asti mendengarkan mereka dari celah pintu kamar yang terbuka.

*****

“Vir, itu cowok lu kan?” Dhania salah satu penghuni kost Putri yang juga teman sekelas Vira menyenggol Vira.
Pandangan Vira mengikuti arah telunjuk Dhania. Fandi. Ngapain dia disini? Vira hendak berdiri saat melihat Asti berjalan memasuki ruang kelas. Membuat dia mengurungkan niatnya dan kembali duduk.
“Loh, kok gak ditemuin?” Dhania bertanya penuh ingin tahu.
“Biarin aja, ntar juga dia pergi” Jawab Vira. Meski begitu dalam hati Vira berdo‟a mati-matian semoga Fandi masih tetap disana.
Dan ternyata Tuhan menjawab do‟anya. Fandi, cowok yang berhasil memporak porandakan konsentrasinya belakangan ini tetap disana. Menunggunya. Vira hanya berjalan perlahan, tak berniat menghampiri Fandi. Takut Asti akan bertambah salah paham pada dirinya jika ia melakukan hal itu.
“Viraaaa,” Fandi yang melihat sosok yang dinantinya sejak tadi langsung berlari penuh semangat menghampiri si gadis mungil.
“Kok kamu ngehindarin aku sih?”

“Siapa yang ngehindar?” Vira mengelak.

“Kamu sengaja kan gak nemuin aku? Aku tiap hari datang ke kost kamu, tapi temen-temen kost kamu selalu bilang kamu lagi gak ada. Aku nunggu kamu seharian!”
“ Lu pasti kurang kerjaan, siapa yang nyuruh lu nunggu gue? Gak ada kan?!” Vira menjawab ketus.
“Vir, inget yah kita masih pacaran”

“Kita? Pacaran? Itu cuma pikira lu doang, Fan” “Vir,”
“Yang lu suka itu Asti, bukan gue. Yang lu tembak itu Asti, bukan gue. So, pacar lu itu Asti, bukan gue!” selesai mengeluarkan kalimat itu Vira langsung berlalu, takut air matanya jatuh didepan Fandi dan dia ketahuan berbohong.
 
“Viiir, tunggu” Fandi berhasil meraih tangan Vira.

“Lepasin gue, Fan” Vira berusaha keras melepaskan genggaman tangan Fandi yang super erat.
Melihat Vira merintih kesakitan,Fandi melonggarkan genggamannya, “Jangan boongin diri sendiri Vir, kamu juga suka kan sama aku?” Fandi berusaha menatap mata Vira yang justru melakukan hal sebaliknya, mati-matian menolak kontak mata dengan Fandi.
“Gue gak pernah suka sama lu, Puas!” Vira menghentakkan genggaman tangan Fandi. “ Jadi mulai sekarang, lu jauh-jauh dari hidup gue!”
Vira langsung berlari sekencang yang dia bisa. Dia benar-benar ingin menangis saat itu juga. Dan menangis di tempat umum, bukanlah pilihan yang tepat.
“Apaa lagi sih,” Vira langsung teriak begitu tangganya kembali dicekal, tapi dia langsung kaget begitu melihat pelakunya bukanlah Fandi.
“Mau tau cara biar Fandi gak ganggu lu lagi?”

*****

“Thanks, yah Bay” Vira langsung melompat dari motor Bayu begitu sampai di kost Putri.
Bayu hanya tersenyum simpul.

Vira baru saja membuka pagar saat melihat Asti keluar dari dalam kost. Dan dengan cepat Vira langsung berbalik.
“Sayaaang, besok jadi kan, nemenin aku belanja?” Vira memberikan kode ke Bayu dengan matanya, menyuruhnya ikut bersandiwara.
“Jadi dong, sayang. Sampai ketemu besok yah,”

“Iya saaayang, hati-hati ya pulangnya,” Vira sengaja mengeraskan suara agar Asti mendengarnya.
Setelah melihat Bayu melaju dengan motornya, Vira langsung menghembuskan napas lega. Ternya akting sulit juga, pikirnya.
Dan betapa terkejutnya Vira saat melihat Fandi berdiri tak jauh dari tempatnya.
Fandi menghampirinya dengan raut muka penuh amarah. Tidak ada lagi senyum yang selalu menghias wajahnya.
“Sejak kapan kamu deket sama Bayu?” “ Bukan urusan lu”
“Tentu aja urusan aku, kita masih pacaran”

“Udah gue bilang lu tuh pacaran sama Asti bukan sama Vira” Vira menunjuk dirinya sendiri, “ Dan pacar gue itu Bayu, jadi mending lu berenti ngerecokin idup gue deh,”
“Kamu pasti becanda, kamu tau seberapa brengseknya Bayu?” “Dia brengsek atau gak, gue gak peduli”
“kamu bohong kan?”
“Fan, daripada lu ngerecokin cewek yang udah puya pacar, mending lu urusin masalah lu sendiri. Gimana sama Asti? Lu bakal gantungin dia gitu aja?” Vira
geleng-geleng kepala.

“Aku gak peduli Asti atau Siti. Yang aku peduliin cuma kamu. Karena kamu pacar aku.”
“Pacar gue itu Bayu, kok lu gak paham juga sih!” “Aku tahu itu cuma pura-pura, Vir” Fandi ngotot.
“Siapa bilang kita pura-pura?” tanpa mereka sadari Bayu sudah berada diantara mereka.
“Ngapain lu disini?!”

“Gue dateng buat nyelamatin cewek gue dari gangguan psikopat macam lu” “Cewek lu? Sejak kapan Vira itu cewek lu? hah??!!”
Vira memandang dua cowok itu dengan ngeri, takut akan terjadi pertumpahan

darah.

“ Vira” kedatangan Tari menyelamatkan Vira.

“Kalian berdua masih mau disini? Yaudah silahkan aja. gue tinggal gapapa kan?” Dan selesai bicara Vira langsung menyeret Tari menjauh dari medan perang.
“Itu Fandi kan?” Tari langsung mengeluarkan suara, setelah dirasanya mereka cukup jauh dari jangkauan dua makhluk adam yang siap perang.
“Yup,”

“Trus satunya siapa?”
“Bayu”

“Bayu itu siapa?”

Vira menarik napas, “Bayu itu „pacar‟ gue” jelasnya seraya memberikan tanda kutip dengan jarinya saat menyebut kata „pacar‟.
“Maksudnya? Gue gak ngerti deh,”

“Ginii, lu tahu kan Fandi selama ini batu banget nganggap gue pacarnya?

Nah. Gue gak mungkin dong nerima gitu aja, yeah kecuali gue gak mikirin perasaan Asti. Jadi, solusi yang kepikiran ama gue yah cuma itu, pura-pura pacaran sama Bayu” Vira berusaha menjelaskan, berharap Tari langsung mengerti.
“Trus lu gimana Vir?”

Vira terdiam. Dia bukannya tidak memikirkan apa yang barusan ditanyakan oleh Tari.
“Emangnya gue punya pilihan lain, Tar?” “Gimana kalo lu coba jujur ke Asti?” “Hah?? Itu sih cari mati namanya,”
Tari membenarkan ucapan Vira. Asti sekarang lagi dibutakan oleh api cemburu. Mana mau dia menerima kenyataan bahwa Vira juga suka sama cowok yang dia suka. Mengetahui Fandi suka Vira saja dia sudah marah setangah mati pada Vira.
“Gue siap bantu kok kalo lu butuh apa-apa, Vir” Tari akhirya mengucapkan kalimat paling pamungkas.
“Thanks, yah Tar” Vira tersenyum tulus.

“Btw, lu kenal si Bayu itu dimana deh? Gue gak tahu kalo lu punya banyak kenalan cowok?”
“Hahaha, gue emang kutu buku, tapi yakali gue gak punya kenalan cowok, emang selama ini gue sekolah di asrama khusus cewek apa?”
“Hehehe, iya juga ya” “Bayu itu temannya Fandi”
“Gilaaa, lu jahat banget! Pacaran ama mantan pacar lu, tega emang lu!” Tari langsung menggetok kepala Vira pakai penggaris yang sedari tadi nganggur ditangannya.
“Aduuuh, sakit tauuu” Vira langsung mengusap kepalanya yang terasa nyut- nyutan.
“Apa yang Fandi rasain lebih sakit” “Lah, kok lu jadi dukung Fandi sih?”
“Gue gak dukung siapa-siapa, Vir. Tapi aduh please deh, kayak gak ada cowok lain aja yang bisa jadi pacar pura-pura lu. Kenapa harus temannya?”
“Ya trus siapa lagi dooong? Lagian itu juga dia yang nawarin diri kok,” “Lah, gimana ceritanya?”
“Dia ngeliat gue pas ribut ama Fandi dikampus waktu itu. Trus entah deh dia nongol dari mana, mendadak dateng trus nawarin diri buat jadi pacar pura-pura gue,”
“Ada yang gak beres nih,” Tari langsung berlagak detektif “ Lu bilang, Bayu temannya Fandi, tapi kok dia ngelakuin hal kayak gitu?”
“Ya gue juga ga tahu. Tar, “ “Kalo gitu kita harus cari tahu!”
“Aduuuh, ngapain? Gue gak mau tahu kok!”

“Viraaa, lu tuh jangan segampang itu percaya ama orang doong! Kalau ternyata si Bayu itu manfaatin lu buat balas dendam ke Fandi gimana?”
“Pikiran lu kok sinetron banget sih?”

“Heey, selalu ada kemungkinan seperti itu. Kejahatan terjadi karena ada kesempatan. Waspadalah, waspadalah,” Tari meniru gaya Bang Napi.

*****


EmoticonEmoticon