“ini” Anton tiba-tiba saja menyodorkan sekotak kue.
“Wah, apa nih? Perasan gue gak lagi ultah atau dapet promosi deh,”
Anton cuma nyengir.
“Eh bener kan ini buat gue?”
“ Ya iyalah, emang buat siapa lagi”
Gue mangangkat bahu. Tapi senyum gue masih mengembang.
“ ini permintaan maaf soal yang kemaren,”
Dan kejadian kursus kembali terlintas di ingatan gue. “ Ya ampuuun, jangan bilang selama ini lu mikirin itu?”
“iya, aku sampe gak bisa tidur. Aku takut kamu bakal marah sam aku”
“Ya ampuun segitunyaa,” tapi tentu aja gue suka hahaha “ Ini lu yang bikin?”
“Kalau aku bilang iya, kamu percaya gak?”
“Enggak”
“Iiiih kamu jujur banget sih,” Anton langsung merajuk, membuat gue tertawa lepas. “ itu bikinan Nyokap, jadi dijamin rasanya gak aneh”
“Okay, kalo gitu gue terima permintaan maafnya”
“Yess!” Anton langsung sumringah.
Dan gue gak bisa boong kalo gue udah baper tingkat dewa. Oh my god sepertinya hamba-Mu ini sebentar lagi akan segera mendeklarasikan diri sebagai pacar Anton Barata, hahaha.
*****
“Aduuuuh gila badan gue remuk dah” Lelly yang memang jarang sekali lembur langsung mengeluarkan keluh kesahnya.
“Payah lu”
“ Gue heran deh kok lu kuat banget sih Mak, sering lembur gitu,” “Gajinya bikin gue kuat, hahaha”
“Hahaha, iya juga sih”
Sesampai di lobi kantor gue dan Lelly disambut dengan derasnya hujan.
“Yah ini ujan kayaknya bakal awet deh,” gue langsung khawatir.
“Lu dijemput Mak?”
“Sama siapa? Papa? Rio?”
“Calon pacar lu, hahaha”
Gue baru saja akan membalas, saat gue merasakan ada sebuah tangan yang memegang pundak gue.
“Loh, Anton, ngapain disini?”
“Jemput kamu,” Anton menjawab dengan senyum imutnya yang khas.
“Cieee cieee” duh gue lupa kalo ada „Lelly pantau‟ disini. Dia pasti bakal segera menyebarluaskan kejadian ini.
Gue melotot ke arah Lelly memberinya kode supaya diam.
“Oh, iya kenalin ini temen gue yang norak” gue meperkenalkan Lelly pada
Anton.
“Anton”
“Lelly, Mira cerita banyak tentang lu”
“Oh ya? Cerita apaan?”
Dan sebelum Lelly membuat gue malu lebih lanjut, gue langsung memotong pembicaraan, “ Eh, Egi kapan dateng Le?”
“Hmmm katanya sih tadi udah deket, paling 10 menit lagi juga nyampe, lu kalo mau duluan gapapa kok,Mak”
Gue mengangguk, lalu menoleh kearah Anton, meminta pengertiannya.
“Nyantai aja, Ra.” Senyum Anton membuat gue yakin kalau Anton tidak masalah untuk menunggu sedikit lama sampai Egi-tunangan Lelly- datang.
“Egi udah di parkiran basement nih, gue kesana ya Mak,”
“ Perlu gue anter gak?”
“ Gak usah, Mak, kayak gue bocah aja” dan Lelly langsung menganggukan
kepala, pamit pada Anton.
“Ayoo” tanpa aba-aba Anton langsung menggandeng gue menuju motornya, membuat gua panas dingiin gak karuan.
“Kita mau nerobos ujan nih?” gue bertanya sangsi. Ujannya deres banget.
Anton langsung menghentikan langkahnya, “ kalo nunggu reda yang ada kita bakal ketinggalan”
“Ketinggalan apa?”
“Hari ini Metha ulang tahun, anak-anak udah ngumpul dari tadi di cafe”
“Ya ampuun, gue gak tau” gue merasa sangat bersalah.
“So, gimana, mau nunggu ujan reda atu langsung jalan aja?”
“ Yaudah kita jalan aja,” apa disini gue punya pilihan lain?
Dan kita berdua naik motor menerobos hujan layaknya pasangan dalam sinetron sinetron.
“Aku ngebut yah? Pegangan yang kenceng” Anton teriak dari balik helm.
Dengan ragu gue memeluk pinggang Anton erat. Yippie, resolusi gue bener-bener bakal terwujud. Terimakasih Tuhan.
“Ra, ntar bantuin yah,”
Suara Anton menarik gue kembali ke dunia nyata.
“Hah? Bantuin apa?” demi melawan suara hujan, kita ngomong pake teriak-teriak, membuat tenggorokan gue serak.
“Nanti, aku mau nembak Metha,”
Hujan deras ini memang tanpa petir. Dan ucapan Anton bagaikan petir yang menyambar gendang telinga gue.
“A-apa?”
“Aku mau nembak Metha, Ra”
Oh My Ghost!
Gue baru saja berkhayal tentang resolusi gue yang akan segera terwujud. Tapi apa ini???
Dan tanpa gue perintah air mata mengalir deras diiringi hujan yang juga semakin deras. Mungkin langit ikut berduka atas nasib gue yang malang.
*****
Ini adalah hari keempat gue berada dirumah sakit. Setelah adegan romantis berujung tragis gue akhirnya drop. Walaupun dokter mejelaskan bahwa gue kecapekan karena terlalu banyak kegiatan, gue yakin banget penyebab gue drop adalah tragedi dibawah hujan deras.
“Maaaaaak” suara berisik yang familiar ini menyapa gendang telinga gue.
“Sssst, Jangan berisik. Ada pasien lagi tuh disebelah” Reva berusaha mengingatkan.
“Tauk nih, diusir satpam tau rasa lu pada”
“Wah, dari gaya bicara lu gue yakin lu cuma pura-pura sakit” Vania langsung berkata sadis.
“Hahaha, kayaknya sih gitu” Reva langsung setuju.
“Sumpah kalian jahat banget dah,” gue langsung merengut kesal.
“Uuuuh, cup-cup sayaaaang” dan kompak ketiga sohib gue beserta Reva langsung memeluk gue.
“Becanda ko, sensi amat sih Mak, lagi PMS yah?” Cila berkata seraya menyodorkan sepotong apel, menyuruh gue memakannya.
“Dia lagi patah hati kayaknya,” Reva berbisik tapi terdengar oleh pendengaran tajam gue.
“Loh, baru empat hari lalu ngerayain Anniversary, gimana sih?” Lelly langsung menyerocos.
“Anniversary? Ama siapa?” pernyataan Lelly langsung mendapat sambutan luar biasa dari teman gue yang lain.
“Ama bantal,”
“Iiih serius Mak,” Vania menuntut jawaban.
“Lah itu si Lele ngarang. Anniversary apaan pacar aja gak punya”
“Oh berarti waktu itu dia nembak?” Lelly langsung meralat ucapannya, membuat kedua teman gue yang lain serta Reva melotot gemas.
“ Iyah,”
“Wow! Selamat Mak!” dan ketiga teman gue kemabli memeluk gue, membuat Reva geleng-geleng kepala.
“Selamat buat apa?”
“Ya selamat akhirnya lu gak single lagi, pake nanya” Cila merasa gemas.
“Gue masih single kok,” kalimat gue membuat Reva dan ketiga teman gue melongo bingung.
“Iya gue masih single, kan dia nembak temen gue bukan nembak gue,” gue mencoba tersenyum meski getir.
Dan tanpa berkata-kata Reva dan ketiga teman gue kembali memeluk gue.
Membuat tangis gue kembali pecah.
5th step : Take a part on a dating agency? Why not?
Akhirnya setelah seminggu lebih gue terkapar dirumah sakit, gue bisa pulang juga. Tapi gue masih belum boleh kerja. Untunglah ada Lelly yang mau gue repotin buat ngurusin cuti gue.
Saking gak teganya melihat gue yang biasa petakilan menjadi murung, seluruh penghuni keluarga gue berlomba-lomba menghibur gue. Mama dengan masakan super lezatnya. Papa yang biasa pelitpun mendadak suka ngasih gue duit-buat ditabung katanya- Reva dan Rio menjanjikan gue paket wisata ke luar kota kalau gue sembuh.
Bukan cuma keluarga gue, ketiga temen guepun melakukan hal yang tak jauh beerbeda. Mereka menyodorkan gue berbagai option cowok potensial yang layak gue jadikan pelampiasan. Hahaha semenyedihkan itukah gue?
*****
Seperti hari ini. Di minggu yang cerah, gue masih berada dibalik selimut. Dan suara berisik ketiga teman gue yang memiliki kekuatan 100 desibel, langsung terdengar telinga gue.
“Iiih anak perawan udah siang gini masih aja tidur-tiduran dikasur,” Vania langsung ngomel, persis Nenek gue.
“Tauk nih, pasti lu belom mandi ya?” tuduh Cila.
“Hmmm, gue takut nanti aura kecantikan gue luntur,” dan sebagai balasan dari jawaban gue, Lelly langsung menyerang gue dengan bantal yang entah didapatnya dari mana.
“Eeeh, dilarang menggunakan kekerasan pada pasien, Maaaa tolooong,” gue mencoba mencari bala bantuan, yang tak juga kunjung datang.
“Pasien kentutmu” Lelly berkacak pinggang.
“Iyah, mana ada pasien seger bugar kayak gini,” Cila mendukung penuh Lelly.
“Mamaaaaa” gue berkeras memanggil Mama gue yang masih juga tidak menampakan batang hidungnya.
“Hohoho, sorry baby, rumah lu udah kita sabotase,” Vania tertawa kejam, ala-ala penyihir jahat.
“Sekarang ayok mandi sono,” Lelly langsung menyeret gue paksa dari singgasana, dibantu dengan Cila yang mendorong gue, dan Vania yang berkacak pinggang menyaksikan adegan ini.
Setelah dengan paksa gue didandanin oleh Cila sang Ratu dandan, dan diseret masuk kedalam mobil sedan Lelly, mulut gue gatel juga buat nanya “Duh sebenernya kita mau kemana sih?”
“Helooow gue nanya loh, kalian budek yah?” karena tak ada satupun yang merespon, gue mulai lelah. Pasrah.
“Okay, turun yuk udah sampe nih,” Vania yang sedari tadi diam dibalik kemudi mendadak bersuara.
Cila dan Lelly yang duduk disamping kiri-kanan gue memaksa gue keluar.
Asli ini namanya penculikan!
Gue membaca tulisan besar yang tertera diatas gedung „Good Bye Single‟.
What? Itu kan biro perjodohan yang lagi ngehits itu.
Gue melirik ketiga teman gue meminta konfirmasi.
“ Yups, kesempatan lu buat dapet pacar di tahun ini masih ada Ra. Dan
menurut kita, salah satunya ya disini. Lu mungkin bisa ketemu cowok yang cocok” Vania menerangkan maksud dan tujuan mereka menculik gue.
“Iya, Ra, kita bahkan udah survey dan menurut kita ini adalah dating agency terbaik di Indonesia.” Lelly menambahkan.
“Emang gue kelihatan desperate banget ya guys?”
“Iiih, bukan gitu Ra” Lelly terlihat serba salah.
“Siapa bilang dating agency itu buat orang yang desperate? Banayak kok orang sukses , cantik, ganteng, kaya, muda yang ikut dating agency. Kenapa? Karena lu gak perlu washting time buat nyari nyari. Lu tinggal pilih yang sudah direkomendasiin. Lu suka ya jalanin. Lu gak suka ya abaikan. Lu gak perlu lagi ikut komunitas ini itu, yang bikin tenaga lu makin abis dan waktu lu buat keluarga makin tipis.” Vania menjelaskan panjang lebar.
“Gue juga sebenernya kepikiran ikut dating agency sih, tapi..”
“Tapi apa?” ketiga teman gue bertanya bersamaan.
“ Tapi itu bakal jadi langkah akhir yang gue pilih”
“Mulai sekarang ini adalah langkah lu selanjutnya, gak boleh bilang gak,” Vania langsung menandaskan.
Kalau Vania sudah bilang gitu, itu artinya keputusan itu sudah final. Gak bisa diganggu gugat lagi. Sekali lagi gue cuma bisa pasrah, dan mengikuti mereka masuk kedalam gedung. Untuk mendaftar dan berkonsultasi dengan agen perjodohan gue.
*****
EmoticonEmoticon